Millenialpedulibone.com – Menurut cerita Abdul Mun’im yang diperoleh dari ayahnya, Wahab, ada seorang raja yang sedang membangun sebuah istana yang megah dan tinggi. Tidak jauh dari lokasi pembangunan, terdapat gubuk milik seorang nenek miskin yang sering digunakan untuk beribadah.
Suatu hari, raja mengunjungi lokasi pembangunan untuk memeriksa kemajuan proyeknya. Bersama pejabat dan kepala proyek, ia berkeliling memastikan pembangunan berjalan lancar. Saat melihat ke seberang, ia melihat sebuah gubuk.
Apa itu?” tanya raja, seperti yang diceritakan oleh Ibnu Jauzi dalam Kitab ‘Uyunul Hikayat (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2019)
“Itu adalah gubuk tempat tinggal seorang perempuan,” jawab salah satu pendamping raja.
Merasa terganggu oleh kehadiran gubuk yang dianggap merusak pemandangan, raja memerintahkan prajuritnya untuk merobohkan gubuk milik nenek tua tersebut. Kebetulan, nenek tersebut sedang keluar mencari makanan sehingga memudahkan prajurit untuk merobohkannya tanpa perlu negosiasi atau perlawanan.
Tidak lama kemudian, nenek tersebut pulang dan sangat terkejut melihat gubuknya hancur rata dengan tanah.
Siapa yang tega merobohkan rumahku?tanyanya.
Nenek tersebut segera mengetahui bahwa prajurit raja yang telah merobohkan rumahnya. Ia pun menengadahkan tangannya ke langit, menangis, dan memohon keadilan kepada Allah atas kejadian yang menimpanya.
“Ya Rabb, tadi aku sedang tidak ada, sedangkan Engkau selalu ada dan mengetahui apa yang terjadi,” ucap nenek tersebut.
Allah pun menjawab doa nenek tua yang miskin itu. Secara perlahan, pembangunan istana milik raja mulai mangkrak dan akhirnya runtuh dengan sendirinya.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini adalah pentingnya seorang pemimpin bersikap adil dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Jangan sampai ada pihak yang merasa terzalimi dan melakukan perlawanan melalui doa. Rasulullah bersabda:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
Artinya: “Takutlah dan waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi karena tidak ada antara ia dan Allah penghalang (mustajabah)”. (HR Bukhari).
Selain itu, seorang pemimpin juga harus dapat merasakan penderitaan rakyatnya. Raja dalam kisah ini langsung merobohkan gubuk tersebut karena hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya tanpa memikirkan kondisi si nenek miskin.
Wallahu a‘lam.