Millenialpedulibone.com – Suatu hari, Rafli seorang remaja berusia 17 tahun, berdebat panjang dengan sang ibu. Kesal karena sang ibu terus terusan menyalahkannya, Rafli pun keluar rumah. Ia tak tahu harus pergi ke mana, yang ia tahu hanyalah ia harus segera keluar dari rumah yang ‘menyebalkan’ itu.
Saat berjalan tanpa tujuan, ia baru sadar bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Setelah berjalan lebih dari 2 km, Ia melewati sebuah Kedai Jalangkota, ia lapar sekali, ingin makan Jalangkote Bundar. Pemilik Kedai melihat anak itu berdiri cukup lama didepan kedainya, lalu bertanya “Nak, apakah engkau ingin memesan Jalangkote?”
Ya, tapi Saya tidak punya uang,” jawab anak itu dengan malu malu.
Tidak apa-apa, Saya akan mentraktirmu,” jawab si pemilik Kedai.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa Nak ?” tanya pemilik Kedai.
Tidak apa-apa, Saya hanya terharu karena seorang yang baru kukenal memberi Saya Sepiring Jalangkote, sedangkan ibuku telah mengusirku dari rumah. kau seorang yang baru kukenal tapi begitu peduli padaku.”
Pemilik Kedai itu berkata “nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, Saya hanya memberimu sepiring Jalangkote dan kau begitu terharu, sedangkan ibumu telah memasak Rendang, nasi, dan lain-lain. Sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.”
Anak itu kaget mendengar hal tersebut. “Mengapa Saya tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk Sepiring Jalangkote dari orang yang baru kukenal saya begitu berterima kasih, tapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun tahun, saya tak pernah berterima kasih.
Anak itu segera menghabiskan Jalangkote Bundarnya, lalu ia bergegas pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah cemas.
Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, Ibu telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya dan menangis dihadapan ibunya.
Kadang satu kesalahan, membuat kita begitu mudah melupakan kebaikan yang telah kita nikmati tiap hari.
Sekali waktu kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yang kita terima. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua, kita sering lupa untuk berterima kasih.
hidup itu indah, kalau kita pandai bersyukur dan berterima kasih.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”
(QS Al Isra ayat 23-24)